Search

'전체 글'에 해당되는 글 79건

  1. 2020.07.03 Kemalasan
  2. 2020.07.03 Yohanes 6:22-29
  3. 2020.07.01 Yohanes 6:16-21
  4. 2020.06.29 Apakah Iman Reformed Layak dalam Globalisasi?
  5. 2020.06.26 Introduction

Kemalasan

Terminology 2020. 7. 3. 18:17 Posted by IRRC

Kemalasan

1. Asal usul: kejemuan

 

2. Dasar: Kasih yang sesat  pada diri sendiri

 

3. Tahap pengembangan 
   1) tidak berusaha sekuat-kuatnya
   2) Menolak kewajiban
   3) Keinginan

 

4. Ciri khas: tidak berhati-hati dan tidak berusaha sekuat-kuatnya, keangkuhan dan kekeraskepalaan, ketidakadaan hasrat akan hal rohani.


5. Hasil: penghentian rohani dan penderitaan  

'Terminology' 카테고리의 다른 글

Panggilan  (0) 2020.07.10
Urutan Keselamatan  (0) 2020.07.08
Wahyu Khusus  (0) 2020.06.24
Wahyu Umum  (0) 2020.06.22
Keadaan-keadaan Kristus  (0) 2020.06.20

Yohanes 6:22-29

Quiet Time 2020. 7. 3. 15:42 Posted by IRRC

Saat Teduh hari ini ke-26

 

Yohanes 6:22-29

22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.

23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.

24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"

26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

28 Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"

29 Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."

 

(Pertanyaaan)

1. Apa yang orang banyak bertanya kepada Yesus dan Apa jawabannya dari Yesus?(25-27)

 

2. Apa itu ‘pekerjaan yang dikehendaki Allah’ yang Yesus tentukan?(29)

 

3. Mengapa Yesus menentukan “percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” adalah pekerjaan Allah?(ref. Yak 2:22)

 

4. Apa yang anda sadari dengan melihat orang Yahudi yang tidak tahu betapa pentingnya percaya kepada Yesus?

 

5. Saat ini apa yang sedang anda usahakan dan perhatikan dengan menggunakan waktu dan uang? Jika pekerjaan anda menjadi pekerjaan yang dikehendaki Allah, maka apa yang harus anda tetapkan dengan jelas dalam kehidupan anda?

 

(Pemaparan)

*bukan untuk makanan yang akan dapat binasa(27): berarti mengejar bukan hanya makanan jasmaniah saja, tetapi juga makanan rohaniah yang membawa kehidupan kekal. Yesus menyatakan diri sebagai roti hidup, akan tetapi orang-orang tertarik pada makanan jasmaniah seperti 5 roti dan 2 ikan yang diberikan di depan mata mereka.

*pekerjaan yang dikehendaki Allah (29): bukan pekerjaan yang manusia peroleh secara berusaha, tetapi pekerjaan yang Allah kehendaki. Pekerjaan yang Allah tuntut kepada manusia adalah ‘percaya kepada Yesus yang telah diutus Allah’. Sebenarnya hal ini adalah hadiah Allah yang tidak bisa manusia lakukan.

Yak 2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

 

Orang banyak yang telah mengalami mujizat 5 roti dan 2 ikan naik perahu dan menyeberangi laut Galilea dengan pikiran bagaimanapun juga ketemu lagi Yesus(24). Yesus sangat tahu sekali mengapa mereka sangat mencari diriNya(26). Mereka hanya perlu rabi yang mencukupi kebutuhan dan kelaparan(25), tidak ingin tahu siapakah Yesus. Yesus bukan makanan duniawi yang sebentar saja menyelesaikan kelaparan beberapa orang dalam materi terbatas, tetapi makanan hidup yang memakankan seluruh umat manusia untuk selamanya. Oleh karena itu, orang yang percaya kepada Yesus beroleh hidup kekal dan menikmati berkat 5 roti dan 2 ikan yang rohaniah. Maka kita harus mengingat bahwa hal percaya kepada Yesus yang datang sebagai makanan kekal adalah dasar semua hal dan pekerjaan yang dikehendaki Allah(29). Sangat bodohlah hal mengasingkan Yesus, makanan hidup kekal, dengan cenderung untuk menyelesaikan kelaparan jasmaniah dan untuk keseharian sibuk. Mari menyesuaikan kembali pekerjaan yang diberikan dengan iman untuk beroleh makanan kekal dan menjadikan hal itu ‘pekerjaan yang dikehendaki Allah’.

 

(Doa)

Kiranya kami sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai bukan makanan jasmaniah tetapi makanan hidup kekal.

'Quiet Time' 카테고리의 다른 글

Yohanes 6:41-51  (0) 2020.07.09
Yohanes 6:30-40  (0) 2020.07.08
Yohanes 6:16-21  (0) 2020.07.01
Yohanes 6:1-15  (0) 2020.06.26
Yohanes 5:41-47  (0) 2020.06.24

Yohanes 6:16-21

Quiet Time 2020. 7. 1. 00:56 Posted by IRRC

Saat Teduh hari ini ke-25

 

Yohanes 6:16-21

 

16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu

17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka,

18 sedang laut bergelora karena angin kencang.

19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.

20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!"

21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

 

(Pertanyaan)

1. Ke mana murid-murid berjalan dan apa yang mereka alami?(17-18)

2. Dengan cara apa Yesus mendekati murid-murid yang ada di perahu? Bagaimana murid-murid menanggapi?(19)

3. Mengapa murid-murid ketakutan kepada Yesus?(ref. Ayb 9:8, Mrk 6:48-49)

4. Apa yang anda rasakan dengan melihat Yesus yang datang di tengah malam untuk menolong murid-muridNya?

5. Kapan pernah anda merasa takut dengan lupa pertolongan Tuhan? Apa yang harus ditetapkan untuk tidak lupa dan menyebarkan anugerah Tuhan yang diberikan kepada anda tanpa ketakutan?

 

(Pemaparan)

*hari sudah gelap(17): jam 3-6 subuh, waktu sangat gelap sebelum fajar (Mrk 6:48)

*Aku ini(20): Murid-murid mendengar suara Yesus dalam keadaan darurat artinya suara itu sangat berkekuatan kepada mereka. Ini menggambarkan TUHAN yang menampakkan diri di semak duri yang berkobar.

Ayb 9:8 yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut;

Mrk 6:48-49 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,

Mat 14:22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

Mrk 6:45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

 

Murid-murid yang sedang menyeberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias, mengalami kesulitan bahwa laut bergelora karena angin kencang(18). Di kitab Matius dan Markus tercantum bahwa murid-murid menyeberang danau itu karena disuruh Yesus(ref. Mat 14:22, Mrk 6:45). Pada saat tidak bersama dengan Yesus dan tidak bisa berharap datangnya penolong di tengah malam, meski di depan murid-murid munculnya Yesus yang sedang berjalan di muka laut, tetapi justru mereka jatuh ke ketakutan(19). Sebab mereka berpikir atas Yesus sebagai hantu tanpa disadari atas Yesus sebagai Allah yang menguasai laut(ref. Ayb 9:8; Mrk 6:48-49). Dengan demikian angin kencang memengaruhi baik perahu murid-murid maupun jiwa-jiwa mereka, dan melupakan keberadaan dan kemampuan Yesus yang dibuktikan dalam mujizat lima roti dan dua ikan. Namun Yesus datang kepada mereka untuk menghibur dengan kata ‘jangan takut’ dan membawa ke tempat tujuan bersama dengan mereka(20-21). Mari membuang kebiasaan salah yang menghapus Tuhan dari pikiran karena situasi dan kondisi, dan menjadikan diri murid Tuhan yang merespons dalam iman yang sejati.

 

 

(Doa)

 

Kiranya kami tetap memegang anugerah Yesus tanpa lupa dalam semua situasi yang dialami.

'Quiet Time' 카테고리의 다른 글

Yohanes 6:30-40  (0) 2020.07.08
Yohanes 6:22-29  (0) 2020.07.03
Yohanes 6:1-15  (0) 2020.06.26
Yohanes 5:41-47  (0) 2020.06.24
Yohanes 5:30-40  (0) 2020.06.23

Penulis: Nam Jun Kim

Penerjemah: Paulus JinuKim

 

Iman Reformed dan Masyarakat Global

 

            Dalam situasi Globalisasi, gereja Kristen menghadapi kesulitan dari dalam dan luar. Dari dalam mereka perlu mempertahankan konten kebenaran yang mereka percayai, dari luar mereka perlu mengabarkan kebenaran yang mereka percayai. Di sini kita dapat bertanya apakah iman Reformed layak untuk meresponi kebutuhan seiring dengan zaman ini? 

 

A. Apakah Iman Reformed?

          Iman Reformed berakar pada tradisi Reformisme. Dalam makna intrinsik istilah “Reformisme” diterapkan sebagai ajaran Kristen dari John Calvin, Ulrich Zwingli, Martin Bucer, dan John Knox, dan diaplikasikan juga kepada gereja-gereja Protestant yang menganut paham teologia ini.[1] Iman Reformed adalah iman komunitas Reformisme. Dari sisi sejarah, berlandaskan dengan esensi iman yang mengekspresikan tradisi Kekristenan yang universal, seperti Pengakuan Iman Rasuli, Kredo Nicea, Kredo Chalcedon dan sebagainya. Tetapi, tradisi dan komunitas Reformed juga merupakan bagian dari komunitas Protestan sebagai kategori yang lebih besar.

            John Leith menyatakan 9 spirit dalam tradisi Reformisme.[2]  Keagungan Allah dan pujian akan Dia, perlawanan akan penyembahan berhala, penggenapan tujuan Allah dalam sejarah, etika untuk hidup kudus, aktivitas intelek yang melayani Allah, khotbah, penggembalaan dan organisasi gereja, disiplin kehidupan, kesederhanaan. Ada pandangan yang mengatakan tradisi Protestan sendiri merupakan karya penebusan Allah yang menentukan dan determinatif untuk dijadikan di dalam Kristus, 9 pernyataan dasar ini berlandaskan kesamaan dalam posisi teologi Reformed tersebut. Iman Reformed adalah iman yang berpusat pada tradisi dan kredo Reformed tersebut.

 

 

B. Apakah Iman Reformed Layak dalam Globalisasi?

            Arthur Holmes menyebut era yang kita hidupi sebagai era post-christian. Menurutnya, pendidikan modern sudah menjadi sekularisasi, cara berpikir saintifik membentuk pemikiran massa, dan teknologi mengantisipasi asumsi bahwa sesuatu yang dapat kita lakukan adalah sesuatu yang harus dilakukan, bahkan kesenian juga secara dasar menunjukkan kehilangan akan perpektif religius.

            Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa zaman modern merupakan zaman sekularisme baru, akal budinalisme baru, relativisme baru dan egoisme baru, bahkan ‘isme’ yang sudah ada mengenakan pakaian baru.[3] Dengan demikian Postmodernisme memberikan dampak besar kepada pemikiran pluralistik yang mempengaruhi gereja modern dengan meletakkan manusia sebagai pusat Kekristenan, bukan Allah.

            Meskipun demikian, sosok gereja yang melawan situasi ini sangat buruk. Yang paling serius adalah sudut pandang ego orang modern meresap secara mendalam kepada gereja. Ego adalah hal yang diperhatikan orang modern dengan menganggap diri sendiri sebagai pusat semua penilaian.

           Harapan mereka mewujudkan ego secukupnya, dan pemikiran terhadap penafsiran terhadap kesusahan dan perlawanan yang dialami dalam proses realisasi diri inilah yang sesungguhnya menolong mereka. Oleh sebab itu, menurut pendapat mereka, orang modern yang tidak mewujudkan ego dengan cukup adalah korban-korban dan orang-orang yang dilukai dalam masyarakat. Selama gereja mengikuti penafsiran manusia yang seperti ini, maka doktrin dosa tidak akan lagi memiliki tempat untuk dapat membuat injil mejadi ‘kabar baik’ sesungguhnya.

            Dengan demikian saat ini, khotbah tentang pertobatan dan dosa di dalam gereja dihilangkan. Doktrin Kristen  tradisional menyatakan bahwa semua ketidakbahagiaan manusia dan penderitaan dunia tergantung dari relasi dengan Allah yang telah mengalami kerusakan serius. Oleh sebab itu, orang modern tidak ingin menjadi objek yang egonya dihancurkan dan dikembalikan ke hadapan Allah, sebaliknya mereka ingin diterima sebagai objek yang butuh dihibur dan dilindungi oleh gereja sebagai orang yang terluka dalam proses realisasi diri, dan juga sebagai objek yang harus dibantu mewujudkan egonya sesuai dengan keinginannya. Sudut pandang terhadap manusia seperti ini di dalam gereja modern hanya untuk memenuhi kehadiran gereja yang tidak ada konversi, dan  untuk menggunakan iman sebagai realisasi diri di dalam masyarakat yang kompetitif dengan membuang panggilan yang seharusnya mengejar kekudusan dan membuang dosa dari segala aspek kehidupan.

            Meskipun ada pemikiran, apabila gereja sekali menerima kondisi ego-centered orang modern yang dipengaruhi oleh Postmodernisme, maka mereka dapat memeluk dan juga akan menjadi orang Kristen, namun realitasnya tidak seperti demikian. Setelah melewati zaman Modernisme dan Postmodernisme, iman gereja Reformed yang menyerukan doktrin orthodox menjadi tidak menarik lagi bagi kebanyakan orang modern.

            Kemerosotan vitalitas gereja sudah lama terjadi, fenomena gereja kecil yang tidak memiliki anggota, formalisasi iman, moralisme yang tidak ada vitalitas, ibadah yang tidak sungguh-sungguh, kehilangan hasrat untuk penginjilan, dan penurunan drastis level etis di kehidupan orang Kristen tidak hanya terjadi belakangan ini. Di dalam kondisi tersebut, gereja nampak sangat tidak bertenaga. Gereja dipenuhi dengan perasaan penuh terhadap kekalahan karena kebenaran injil tidak lagi memiliki adaptabilitas kepada orang modern yang hidup di era globalisasi yang sangat rumit dan didiversifikasi.

            Untuk menghadapi hal seperti ini, gereja merancang jalan keluar dengan menggunakan cara mereka sendiri, yaitu menerima perspektif Postmodernisme yang berpusat pada manusia dalam iman Kekristenan. Maka dapat dikatakan bahwa eksistensi manusia bukanlah untuk bertobat dari dosa dan juga bukan untuk memiliki hidup khusus dalam relasinya bersama dengan Allah, melainkan eksistensiya harus terus menerus dibantu oleh Allah agar dapat merealisasikan dirinya. Hilangnya makna penderitaan dan pengorbanan Kristus di kayu salib merupakan akibat dari munculnya pandangan yang bervariasi dari gereja modern terhadap dosa.

            Oleh sebab itu, dosa manusia digantikan dengan kemarahan terhadap kelemahan dan kemalasan manusia yang tidak merealisasikan diri mereka meski Kristus telah mengorbankan diri, dan konsumasi kerajaan Allah digantikan dengan visi realisasi diri. Kehidupan yang murni dan suci yang ditujukan kepada Allah ditukar dengan kehidupan yang damai dengan tetangga untuk merealisasikan diri dengan tujuan yang lain.

            Sehingga manusia yang memiliki natur dosa yang seharusnya mengalami perubahan dengan kuasa Roh Kudus melalui Firman dan kebenaran di dalam siatuasi apapun tidak lagi ditonjolkan. Jika gereja menganggap ego dengan perspektif di atas, maka gereja harus mengemukakan gambaran Allah Bapa yang berbelas kasihan dan memeluk manusia yang tidak merealisasikan diri, yang harus ditolong dan didekati oleh Allah dibandingkan dengan mengutarakan manusia yang harus berubah di hadapan Allah yang kudus, pendosa yang berbalik kembali melalui kuasa Roh Kudus, dan eksistensi yang harus mengubahkan tujuan secara intrinsik melalui pekerjaan yang supernatural.

            Bahkan seluruh tafsiran Alkitab dibuat dengan manusia sebagai pusatnya. Peristiwa salib Kristus dianggap terjadi bukan karena harga dosa untuk melawan tujuan penciptaan manusia, tetapi karena dasar dari anugerah yang diberikan oleh Allah untuk merealisasikan diri manusia secukupnya dengan bergantung kepada cara berpikir yang positif.

            Maka dari itu injil tentang salib yang seharusnya dikumandangkan di gereja, tidak lagi menjadi tema khotbah yang menarik. Karena gereja yang mengikuti modernitas menyingkirkan masalah dosa itu sendiri yang putus asa dan sangat membutuhkan peristiwa salib. Bagi mereka, injil dapat menjadi injil bukan karena ajaran gereja yang mengajar untuk berbalik kepada Allah dan menyangkal diri, tetapi karena menemukan motivasi dan rangsangan yang dapat merealisasikan diri secukupnya melalui pesan dari gereja.

            Terang dari Injil bersinar terang untuk melatar belakangi kegelapan dosa yang disingkapkan oleh hukum Taurat. Namun gereja modern tidak lagi memegang injil dengan cara demikian. Sebaliknya, bagi orang modern, injil menjadi injil karena di masa depan injil memberikan rangsangan dan  menjadi penunjuk untuk membawa kebahagiaan dan kepuasan diri yang bersinar terang meskipun saat ini tidak dapat merealisasikan dirinya.

            Oleh karena itu, orang modern mencari kebajikan iman dalam penerimaan yang murah hati kepada Allah yang menyayangkan untuk tidak menolong diri manusia dibandingkan dengan berseru kepada Allah “Terimalah orang berdosa melalui darah yang berharga” di dalam gereja. Khususnya bagi gereja Kristen ketika membuat orang yang berhasil dan telah merealisasikan diri menjadi teladan, bahaya di atas akan semakin meningkat. Hal ini nampak menjadi sesuatu yang sulit untuk diwujudkan tanpa mengabaikan esensi dari iman Kristen.

            Terlebih lagi, ketika pelayan Tuhan tidak mengalami kuasa injil dan sukacita spiritual dari konversi roh yang sejati menganggap pertumbuhan gereja sebagai kehidupan religius, maka masalah itu akan menjadi lebih serius lagi. Nyatanya gereja modern banyak berkorban demi hal ini. Maka dengan mengatakan “Emas dan perak juga ada padaku” dibanding “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu”(Kis. 3:6) mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan orang modern ada di dalam iman Kekristenan. Orang modern perlu dipulihkan secara intrinsik dari masalah kehidupannya, namun yang dapat ditolong hanyalah realisasi diri mereka yang secukupnya. Jonathan Edwards di dalam bukunya ‘The Nature of True Virtue’ mengatakan dengan tegas bahwa sekalipun kasih di dalam diri terus dikembangkan, namun jika kasih tersebut bukan kasih yang menghancurkan dosa di hadapan Allah dan Kristus, maka pada akhirnya itu semua hanya melawan Allah secara intrinsik.[4]

            Di Korea Selatan, sejak tahun 1960-an sesuai dengan semangat developmentalisme negara yang bergejolak seperti kobaran api, pertumbuhan gereja juga masih berlanjut. Bahkan sejak tahun 1980-an, karena jumlah jemaat gereja menurun, maka segala upaya demi pertumbuhan gereja semakin diakselerasi dan dilanjutkan dengan duplikasi dari gereja Amerika Serikat yang sukses serta dijadikan sebagai model. Manusia yang berhasrat untuk merealisasikan diri dikontrol oleh psikologi dibandingkan oleh firman Allah, dan tanpa kesakitan dan simpati yang sejati terhadap jiwa, teori marketing dijalankan di gereja untuk mengumpulkan jemaat. Oleh sebab itu, di dalam pikiran banyak orang, metode yang paling efektif dan baik merupakan apa yang paling hebat, dan gereja menjadi semakin besar tetapi dalam waktu yang bersamaan konversi Kekristenan menjadi semakin rendah. Di dalam situasi ini, kekuatan raksasa yang memberontak terhadap doktrin injil dari iman Reformed yang sejati mulai terbentuk, dan mereka mengedapankan sekularisasi gereja dengan kekuatan tersebut. Jika demikian, layakkah pemikiran Reformed? Penulis berpikir demikian: Walaupun pemikiran Reformed layak, akan tetapi gereja Reformed yang harus menyelamatkan dan membimbing orang modern dengan pemikiran tersebutlah yang tidak layak dalam situasi saat ini.

            Tren Kekristenan yang berpusat pada manusia ini mengikuti psikologisme publik. Pemimpin gereja lebih mendengarkan kemauan publik dibandingkan dengan keinginan Kristus, kepala gereja. Dan situasi seperti ini membuat gereja tidak lagi dapat meneruskan pengajaran dan mengkhotbahkan pemikiran Kristen dengan berwibawa. Gereja menilai diri sendiri bahwa hal-hal tersebut merupakan warisan dari generasi lama yang sudah ada di gereja dan juga tidak ada adaptabilitas pada zaman sekarang. Oleh karena itu, gereja mengajar dan berkhotbah dengan isi yang dapat diterima tanpa merangsang jiwa dan petentangan intelek oleh orang yang tidak percaya.

            Apa perbedaan antara pesan yang tersiar dari program televisi seperti talk show Oprah Winfrey, AM Plaza (program tv Korea – pen.) dengan khotbah? Apa yang penting bagi orang modern bukanlah anugerah Allah dan resolusi untuk berbalik kepada kebenaran yang objektif, tetapi justru keharuan untuk dapat berkomitmen terhadap diri sendiri demi realisasi diri. Maka kebenaran objektif dihilangkan dari kehidupan iman, dan emosi yang baik serta perasaan religius menjadi nilai dan berada di posisi pusat. Meskipun demikian, sejumlah kecil gereja berusaha untuk mempertahankan pesan Kekristenan yang tradisional, tetapi tidak banyak yang berhasil. Seperti tren yang tidak dapat ditentang, orang Kristen telah ditaklukkan oleh modernitas di dalam gereja. Walaupun ada gereja yang terus berkhotbah dengan doktrin injil, masih ada banyak kesulitan dalam menaklukkan hal-hal modernitas.

            Apakah gereja di dalam konteks ini? Untuk menjawab pertanyaan ini dengan akurat, dibutuhkan pertanyaan yang lebih fundamental. Pertanyaan tentang apa tujuan yang ultimat untuk eksistensi manusia dan dunia seperti apa yang ingin gereja ubahkan dengan mengorbankan diri.

            Soal pertama di Katekismus Kecil Westminster mengandung tanya-jawab seperti ini: “Apa tujuan umat manusia? Tujuan utama manusia ialah memuliakan Allah, dan bersukacita di dalam Dia untuk selama-lamanya.”[5] Di tengah konteks modern, yaitu Postmodernisme yang hidup di dalam egosentrisitas dengan tidak percaya kepada Allah dan menolak akal budi, visi yang harus ditempuh oleh gereja secara pasti, bukanlah penyembuhan dalam konteks yang sementara.

            Perhatikan solusi-solusi gereja terhadap sikap pluralistik orang modern yang hidup dan berpikir bahwa dirinya merupakan pusat alam semesta. Betapa sulitnya melihat pelayanan injil yang berusaha dan menantikan perubahan rohani yang sejati agar manusia berbalik kepada tujuan eksistensi yang sejati dengan menghancurkan penyembahan berhala, yaitu egosentrisitas. Bukankan lebih baik berusaha untuk mengajar apa yang dicari orang modern ketika berada di gereja ketimbang pekerjaan  kelahiran baru yang melahirkan kembali jiwa dan yang menyadari dosa?

            Gereja ingin bercampur dengan modernitas hingga mengabaikan esensi injil dengan mengatas namakan toleransi dan kasih, bukan karena gereja dipenuhi dengan kasih, tetapi karena tidak adanya pengalaman saat ini terhadap injil dan juga hilangnya kepercayaan diri gereja atas nilai ultimat, yaitu perwujudan tujuan penciptaan.

 

 


[1] Louis B. Weeks, “Reformed Tradition,” The Encyclopedia of Christianity, vol. 4, eds. By Erwin Fahlbusch (Grand Rapids: William Eerdmans Publishing Company, 2005), p. 541.

[2] John Leith, An Introduction to the Reformed Tradition (Atlanta, John Knox Press, 1981 edisi revisi), pp. 70-88.

[3] Philip C. Holtrop, “Reforming a Reformed Theology – Toward a Global Vision for the Twenty-first Century,” (Grand Rapids: Calvin College, 2006), p. 38.

[4] “... apa yang lebih dekat dengan relasi dan lebih tegas dengan koneksi, jauh lebih besar dan lebih menjijikkan adalah kecacatan yang terdiri dari ketidaksesuaian.” Jonathan Edwards, The Nature of True Virtue in The Works of Jonathan Edwards, vol. 8, ed. by Paul Ramsey (New Haven: Yale University Press, 1987), p. 568.

[5] “What is the chief end of man? Man’s Chief end is to glorify God and to enjoy him forever.” G. I. Williamson, The Westminster Shorter Catechism (Phillipsburg: P&R Publishing, 1970 second edition), p. 1.

'Systematic Theology' 카테고리의 다른 글

What is the Reformed?  (0) 2020.07.24
Soteriology ke-1 Definisi  (0) 2020.06.26

Introduction

Notice 2020. 6. 26. 19:30 Posted by IRRC

Selamat datang di Indonesia Reformed Research Center (IRRC).

IRRC didirikan pada tahun 2020 untuk meneliti dan menyebarluaskan teologi Reformed secara sistematikal.

IRRC berorientasi kepada

 

 1) mengadakan penelitian yang sistematikal atas teologi Reformed dalam waktu mulai dari abad ke-16 sampai dengan sekarang,
 

 2) menolong gereja dan orang Kristen di Indonesia menemukan kembali nilai teologi Reformed untuk dapat diterapkan pada seluruh dimensi.

Semoga menikmati kebeneran sejati dan kasih mendalam di bawah naungan teologi Reformed.

Tuhan Yesus Memberkati   

'Notice' 카테고리의 다른 글

Pengumuman LKTI  (0) 2021.01.18
the first Christian Classic Book Club  (0) 2020.12.17
Pengumuman Lomba Karya Tulis Ilmiah  (0) 2020.11.30
Lomba Karya Tulis Ilmiah 2020  (0) 2020.11.06
test  (0) 2020.06.24