Search

'Systematic Theology'에 해당되는 글 21건

  1. 2020.07.24 What is the Reformed?

What is the Reformed?

Systematic Theology 2020. 7. 24. 22:49 Posted by IRRC

What is the Reformed? (kidok.com)

Penulis: Byuong Ho Mun

Penerjemah: Paulus JinuKim

1. Asal Usul Reformed: Persoalan terhadap Istilah

            Apakah ‘Reformed’? Istilah ini secara sejarah digunakan sama dengan ‘Calvinism’. Reformed berfokus pada moto ‘Sola Scriptura’ yang mengandung makna-makna ‘Sola Fide’, ‘Sola Gratia’, ‘Solo Christo’, ‘Soli Deo Gloria’. John Calvin(1509-1564) menyatakan bahwa menuruti pengajaran Alkitab ialah paling teologis. Teologi Calvin dimulai dari Alkitab dan diakhiri di dalam Alkitab. Calvin adalah ‘teolog dari Alkitab’ dan ‘teolog Alkitabiah’.

            Reformed menyatakan ‘Segala tulisan yang diilhamkan Allah’(2 Tim 3:16), dan mengakui bahwa kebenaran yang telah kita terima dan kita yakini adalah kebenaran dari Alkitab dan kebenaran Alkitabiah. Teolog-teolog Reformed yang dipengaruhi Calvin menyatakan ‘injil dari Alkitab’ sajalah ‘injil Alkitabiah’. Pernyataan ini jelas berbeda dengan inclusivism, syncretism, dan pluralism yang menyatakan injil Alkitabiah tidak terbatas pada injil dari Alkitab dan terbuka atas istilah ‘Alkitabiah’. Mereka menyebut diri ‘kaum injili’, tetapi kata ‘injil’ dari mereka bukan lagi injil yang utuh di Alkitab.

            Reformed mencari teologi sejati dan pietas(kesalehan) sejati menurut pengajaran Alkitab. Maka hal ini kadang disamakan dengan conservatism atau fundamentalism. Reformed disebut ‘conservatism’ karena Reformed sungguh-sungguh melekati asul usul yang intrinsik dan dasar yang utuh, yaitu Alkitab. Reformed disebut ‘fundamentalism’ karena Reformed mempertahankan doktrin Alkitab sebagai standar gereja yang bisa jatuh atau kembang.

            Kecenderungan yang konservatif dan fundamental dalam Reformed tidak berhenti saja pada kecenderungan sendiri, tetapi juga memunculkan ketelitian teologis. Contohnya, dapat ketemu di Reformed Orthodoxy yang didirikan Calvinist sejak akhir abad ke-16 (ref. teolog-teolog Reformed Orthodoxy; Wilhelmus à Brakel, John Owen, Francis Turretin, Peter Martyr Vermigli, Gisbertus Voetius, Hermann Witsius, Johannes Wollebius, Girolamo Zanchi dll.). Herman Bavinck, Abraham Kuyper, C. Hodge, B. B. Warfield dsb. sangat mengembangkan secara sistematik doktrin Kristen dalam Reformed. Maka posisi kita berada di posisi yang mengingat kembali dan juga di posisi yang melangkah ke depan.

2. Reformed dan Calvinism

            Ada banyak definisi dari teolog-teolog atas ‘Reformed’. Dalam arti paling luas Reformed menyertakan kebenaran Alkitabiah, teologi orthodoxy, dan kehidupan. Dalam arti luas Reformed disamakan Reformasi, termasuk Lutheran. Namun biasanya dalam arti sempit, Reformed berbeda dengan Lutheran dan disebut ‘Calvinism’, yaitu penganut Calvin. Bagaimana Reformed didefinisikan sebagai ‘Calvinism’? Paul T. Fuhrmann menyatakan sebagai berikut;

“warisan sejati dari Calvin adalah bukan struktur, tetapi metode yang meneliti manusia, Kristus, iman, dunia, Alkitab, agama, kehidupan dll. dengan sudut pandang Allah, bukan dengan sudut pandang manusiawi.”


            Calvin meninjau seluruh wilayah seperti penciptaan, wahyu, dan keselamatan dalam ‘sudut pandang Allah’. Itu sebabnya kita menyebut Reformed sebagai ‘Calvinism’. Dengan katal lain, Calvinism adalah sudut pandang tentang dunia atau kehidupan yang meninjau diri sendiri dan dunia dalam ‘sudut pandang Allah’. H. Henry Meeter yang menulis buku tentang Calvinism menyatakan di bawah.

 

“The central thought of Calvinism, therefore, the great thought of God.”

            Kalvinis(Calvinist) mendirikan ‘Calvinism(Reformed)’ dengan cara memperdalam secara sistematis ‘sudut pandang Allah’ yang diterangi Calvin. Persatuan(unity) dan kelangsungan(continuity) di antara Calvin dan Calvinist berada di ‘sudut pandang Allah’ sendiri yang mereka berbagi. Dengan demikian Calvinism menolak subjektivitas dengan saksama dan mengutamakan kedaulatan Allah (God’s sovereignty) dalam hal objek yang diteliti maupun cara yang dipakai.

 

3. Prinsip dasar Calvinism

            Prinsip dasar Calvinism berada di Alkitab. Teologi Reformed mementingkan prinsip ‘sola Scriptura’ seperti teologi Covenantal. Sebagaimana Abraham Kuyper mengatakan, Reformed dimengerti berpusat pada Allah, firman, gereja, dan kehidupan. Pengajaran Alkitab, doktrin, dan teologi adalah elemen-elemen di atas bercampur.

            Alkitab diterima hanya oleh iman dalam kerja Roh Kudus. Pengetahuan dunia dideduksi oleh akal(Reason), tetapi pengetahuan Alkitab diterima oleh iman. Alkitab tidak mengandung kesalahan atau seratus persen benar sebagai firman Allah yang tercantum(ineransi Alkitab). Otoritas Alkitab ada di Allah sendiri yang menulis Alkitab. Alkitab tidak mengandung kesalahan dalam norma, sejarah, pemikiran, dan tulisan. Alkitab adalah firman Allah yang tertulis dengan diilhamkan Allah, dan penulis aslinya adalah Allah sendiri. Penulis manusia hanya sekunder saja, tetapi seluruh firman yang mereka terima tidak mengadung kesalahan. 

            Berdasarkan dengan sudut pandang Alkitab ini, sinode Dordrecht (the Synod of Dort, 1610) mendirikan prinsip Reformed, yaitu TULIP(5 pokok Calvinism): Total Depravity(Kerusakan Total), Unconditional Election(Pemilihan Tanpa Syarat), Limited Atonement(Penebusan Terbatas), Irresistible Grace(Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak), Perseverance of the Saints(Ketekunan Orang-orang Kudus). Dan Sebelum PCUSA(Presbyterian Church USA) tercemar dari teologi Liberal, sinode itu medeklarasikan 5 prinsip dalam pengajaran Alkitab dan pengakuan iman Westminster pada tahun 1910; biblical inerrancy, the virgin birth of Jesus, Jesus’s resurrection of the body , substitutionary atonement of Jesus, and the literalness of Jesus’s miracles. 

 

4. Teologi Covenant Reformed

            Reformed menolak Nomism dan Antinomianism dua-duanya. Reformed tidak menyatakan pengakhiran Hukum Taurat, melainkan injil Kristus sebagai pemenuhan Hukum Taurat(Mat 5:17; Rm 10:4). Kristus menggenapi Hukum Taurat, dan juga kebenaran yang telah Dia genapi diberikan kepada orang Kudus supaya hidup dengan menjaga Hukum dalam anugerah Allah. Calvin menyatakan hal inilah penggunaan utama dari Hukum Taurat. 

            Covenant adalah bahwa Allah Putra datang di dunia untuk melaksanakan rencana keselamatan Allah dengan sempurna, dan kebenaran(Righteousness) ini diberikan kepada orang Kudus. Hal ini mengandung penggenapan redemptive-historical dan penerapan soteriological. Penggenapan redemptive-historical berarti bahwa Yesus sudah selesai segala kebenaran (righteousness) dalam satu kali saja(Yoh 19:30), penerapan soteriological berarti bahwa Yesus menggenapi kebenaran(righteousness)Nya dengan mencurahkan Roh diri-Nya dan juga kebenaran(righteousness) itu diberikan kepada orang Kudus lalu dianggap punya orang Kudus(KPR 2:33). Dengan demikian teologi Covenant Reformed menerima kebenaran Alkitab dalam perspektif redemptive-historical dan soteriological.

            Karena umat manusia yang jatuh ke dalam dosa dihukum mati dan dilahirkan dalam kondisi kerusakah total dan ketidakmampuan sepenuhnya, maka tidak seorang pun yang bisa menaati Allah dan mendapatkan kehidupan kekal. Oleh karena itu, Allah mengutus Putra ke dunia dan Putra itu mengalami seluruh penderitaan dan menaati Hukum Taurat sepenuhnya supaya memberikan kebenaran(righteousness) kepada manusia. Kebenaran(righteousness) itu menjadi uang tebusan untuk hidup kekal.

             Hukum Taurat adalah norma untuk kehidupan yang kudus dan benar. Ia diberikan Allah sebagai jalan yang dihidupi umat covenant. Hukum Taurat sendiri secara esensial adalah kudus, benar, baik, dan rohani(Rm 7:12, 14). Namun Hukum Taurat menjadi berfungsi dengan kutukan, karena keberdosaan. Hukum Taurat mengandung perintah dan perjanjian, karena Hukum Taurat adalah hukum covenant, yaitu Torah. Oleh sebab itu, Hukum Taurat mewahyukan apakah sifat Allah dan kehendak-Nya. Perjanjian dari Hukum Taurat digenapi secara sempurna Kristus. Inilah injil. Injil mendeklarasikan anugerah Allah, yakni pengampunan dosa dan imputasi kebenaran. Hukum Taurat punya 2 penggunaan, yang pertama adalah membuat orang berlari kepada Kristus dengan menyadari keberdosaan dirinya, yang kedua adalah membuat orang yang dilahirkan kembali hidup sesuai dengan pengajaran Hukum itu. Intisari kebebasan orang Kristen adalah orang Kristen dilepaskan dari kutukan Hukum Taurat dan menaati kehendak Allah yang diwahyukan dalam Hukum Taurat dengan sepenuh hati. Hukum Taurat sebagai hukum covenant menangani fungsi teologis hanya dalam injil.

            Dengan demikian, teologi covenant Reformed mewariskan dan memperdalam pengajaran Calvin. Calvin menolak rationalism yang menyatakan bahwa manusia dengan sendiri bisa tahu dan meritocrasy yang menyatakan bahwa manusia dengan sendiri bisa melakukannya. Apalagi menolaknya agnostics yang menyatakan bahwa manusia tidak bisa tahu dan fatalism yang menyatakan bahwa manusia tidak bisa melakukannya. Menurut Calvin, jika Allah memberitahu manusia, maka ia bisa tahu, dan juga jika Allah memampukan manusia melakukan, maka ia mampu melakukannya. dari hal inilah prospek teologi covenant terbuka. Prospek itu menyatukan iman sejati yang menganggap hanya firman saja sebagai kebenaran yang tidak berubah dan lengkap dengan tindakan sejati yang memperoleh keberanian besar dengan menyangkal diri. Gereja Presbyterian Korea menerima Reformed yang didirikan Calvin dan penganutnya melalui berbagai proses dari Western. Misionaris-misionaris mula-mula di Korea yang sangat memengaruhi gereja-gereja mempunyai pengetahuan mendalam terhadap teologi Reformed, dan kehidupan dan iman mereka juga saleh sekali. Historical Reformed atau Calvinism percaya sungguh-sungguh bahwa ‘kekuatan Allah yang menyelamatkan’(Rm 1:16) baik menghidupkan kehidupan maupun beroperasi sebagai anugerah yang tidak dapat ditolak(irresistible grace) yang menguduskan kehidupan.   

'Systematic Theology' 카테고리의 다른 글

Apakah Iman Reformed Layak dalam Globalisasi?  (0) 2020.06.29
Soteriology ke-1 Definisi  (0) 2020.06.26